Pencemaran udara menjadi momok menakutkan bagi banyak negara, termasuk Indonesia dimana asap kendaraan menjadi salah satu penyumbang terbesarnya. Untuk memeranginya, diciptakanlah komponen yang dinamakan catalytic converter, yang kini hadir di hampir semua mobil baru.
Bagi sebagian orang, mungkin sudah familiar dengan komponen ini. Namun, bagi yang belum mengetahuinya, artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang komponen katalis mobil.
Apa Itu Catalytic Converter?
Emisi gas buang dari pembakaran bahan bakar kendaraan mengandung banyak zat polutan. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan, polusi udara juga bertambah. Catalytic converter adalah alat yang dirancang untuk mengurangi emisi gas buang karbon dari kendaraan, terutama mobil pribadi. Ada berbagai jenis emisi gas buang yang bersifat polutan, seperti hidrokarbon, karbon monoksida, nitrogen oksida, dan lain-lain.
Catalytic converter berbentuk seperti sarang lebah. Emisi gas buang akan melewati komponen ini sebelum akhirnya keluar melalui knalpot. Alat ini dipasang di dalam knalpot sehingga bisa menyaring polutan sebelum gas dikeluarkan ke udara. Alat ini diperkenalkan pada mobil di Indonesia pada tahun 2007. Pada tahun tersebut, standar Euro 2 tentang emisi gas buang mulai berlaku, yang mengharuskan kendaraan memenuhi standar tertentu. Semua kendaraan bermesin diesel dan bensin diwajibkan menggunakan komponen ini.
Fungsi utama catalytic converter adalah untuk menyaring semua polutan yang disebutkan sebelumnya. Komponen ini dibuat dari bahan platinum atau platina serta palladium, sehingga harganya sangat mahal. Komponen ini biasanya diletakkan bagian yang sulit dijangkau, yaitu setelah area pembuangan gas, dekat dengan blok mesin. CC juga digabungkan dengan rumah sensor oksigen.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Alat ini bekerja ketika gas buang menyentuh katalisator yang terbuat dari logam, memicu reaksi kimia yang menghilangkan kandungan atau senyawa berbahaya dalam gas buang. Akibatnya, gas yang keluar dari knalpot menjadi lebih ramah lingkungan, sedangkan katalisator dari logam tetap tidak berubah sifatnya. Namun, logam dalam catalytic converter memiliki umur pakai dan kemampuannya akan menurun seiring waktu. Misalnya, setelah kendaraan digunakan hingga 100.000 km, kemampuan menyaringnya bisa menurun hingga 35%.
Jika mobil sering berhenti atau terjebak macet, kemampuan logam pada catalytic converter bisa menurun hingga 70%. Oleh karena itu, untuk menjaga keawetan logam katalisator, sebaiknya gunakan bahan bakar yang sesuai. Katalisator bekerja dengan maksimal pada suhu di atas 400 derajat Celsius. Jika mesin masih dingin atau suhunya di bawah 400 derajat Celsius, katalisator tidak akan berfungsi secara optimal.
Agar catalytic converter bekerja optimal, beberapa faktor perlu diperhatikan seperti suhu mesin dimana katalisator baru akan bekerja maksimal saat suhu mesin mencapai 400 derajat Celcius. Oleh karena itu, performa katalisator akan lebih rendah saat mesin masih dingin. Selanjutnya adalah kualitas bahan bakar dimana bahan bakar berkualitas tinggi dengan kadar sulfur rendah akan membantu menjaga keawetan katalisator. Selain itu, hindari kebiasaan mengemudi yang boros, seperti akselerasi mendadak atau pengereman keras, karena dapat mempercepat kerusakan katalisator.
Tiga Jenis Sistem Catalytic Converter Mobil
Ada tiga jenis sistem Catalytic converter yang beredar meliputi:
Oxidation Catalyst
Katalis jenis ini umumnya disebut sebagai CCO (Catalytic Converter for Oxidant). Katalis ini menggunakan oksigen untuk mereaksikan zat CO dan HC, menghasilkan emisi gas buang yang mengandung CO2 dan H2O. Oleh karena itu, diperlukan oksigen atau udara murni pada exhaust manifold untuk menyaring polutan.
Three Way Catalyst
Tipe kedua adalah yang paling ideal karena dapat mengubah semua polutan dari CO, HC, dan NOx menjadi zat yang tidak berbahaya. Namun, agar alat ini berfungsi dengan optimal, ada persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratannya adalah udara dan bensin harus memiliki nilai yang sangat mendekati satu sama lain. Jika berhasil, alat ini akan mencapai tingkat pemurnian yang cukup tinggi.
Three Way Catalyst dan Oxidation Catalyst
Tipe catalytic converter ketiga ini menggabungkan dari tipe pertama dan kedua. Sistem ini cenderung menghasilkan lebih banyak polusi udara karena menggunakan kombinasi sistem pengendalian emisi dan katalis oksidasi.
Itulah tadi ulasan mengenai katalis knalpot mobil, fungsi, dan jenisnya. Untuk mengurangi pencemaran udara, penting untuk menjaga performa katalis ini. Sahabat dapat melakukannya dengan menggunakan bahan bakar kendaraan beroktan 90 ke atas, karena bahan bakar dengan oktan tinggi mengandung timbal yang lebih sedikit. Dengan demikian, logam katalisator akan lebih tahan lama.
Namun, jika komponen ini sudah rusak, sebaiknya kunjungi Tunas Daihatsu terdekat untuk melakukan perbaikan. Mengabaikan kerusakan ini dapat menyebabkan konsumsi bahan bakar meningkat, suara knalpot menjadi kasar dan berisik, serta emisi gas buang tidak optimal.
Follow Tunas Daihatsu Official Socials:
Instagram: @tunas.daihatsu
TikTok: @tunas.daihatsu
Youtube: Tunas Daihatsu Official
Comments