Jakarta - Indonesia akan menerapkan sistem transaksi tol tanpa berhenti. Sistem itu disebut sebagai Multi Lane Free Flow (MLFF) yang tak memerlukan kartu e-toll lagi. Transaksi tol akan menggunakan aplikasi pada smartphone.
Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Triono Junoasmono mengatakan, MLFF merupakan suatu terobosan layanan transaksi di jalan tol tanpa sentuh yang dilakukan secara otomatis melalui aplikasi di smartphone. Transaksi tol ini akan menggunakan sistem server based dengan teknologi Global Navigation Satelit System (GNSS) dan data kendaraan dikenali menggunakan satelit.
"Nantinya, saat teknologi MLFF mulai diimplementasikan para pengguna Jalan Tol dapat melakukan pembayaran non-tunai tanpa tap kartu, yakni hanya dengan mengunduh dan mendaftar data pribadi pada aplikasi bernama Cantas pada smartphone masing-masing yang telah terkoneksi internet. Kemudian setelah kalkulasi tarif terkoneksi pada aplikasi, uang dari masing-masing instrumen pembayaran milik tiap pengguna juga akan berkurang otomatis," ujar Triono dikutip dari situs BPJT.
Menurutnya, transaksi tol tanpa berhenti dan tanpa kartu ini akan diimplementasikan di beberapa jalan tol mulai akhir 2022. Penerapannya dilakukan secara bertahap, sebagian gardu pada setiap gerbang tol masih dapat menggunakan kartu tol elektronik.
"Saat ini kita tengah fokuskan tahap pengembangan aplikasi Cantas, finalisasi proses pemasangan gantry dan perangkat kamera sehingga semua tahapan bisa segera tuntas dan berjalan dengan baik sebelum diimplementasikan dan digunakan masyarakat secara bertahap pada bulan Desember 2022. Selanjutnya akhir tahun 2023 mendatang akan diimplementasikan secara keseluruhan di seluruh Jalan Tol di Indonesia," kata Triono.
Triono mengatakan, perangkat yang digunakan pada transaksi nirsentuh MLFF adalah berupa Electronic On-Board Unit atau dikenal dengan E-OBU.Penerapan sistem tol tanpa setop ini bisa membuat biaya operasi lebih efisien serta mengurangi konsumsi bahan bakar.
"Selain memudahkan pengguna jalan karena bayar tol tanpa hambatan, informatif, aman, nyaman dan berkelanjutan dan juga dapat meningkatkan efisiensi pendapatan tol bagi Badan Usaha Jalan Tol, serta mengurangi tingkat kemacetan pada jam-jam padat. Dengan sistem tersebut, pengguna Jalan Tol akan semakin lebih nyaman dalam melakukan perjalanan," tambahnya.
Apalagi, berdasarkan data Worldbank tahun 2019, Indonesia rugi USD 4 Miliar atau sebesar Rp. 56 Triliun akibat kemacetan. Kemudian berdasarkan data Roatex MLFF Feasibility study tahun 2020, kerugian akibat antrean di Gerbang Tol diperkirakan mencapai USD 300 Juta atau sebesar Rp. 4,4 Triliun per tahun. (Detik.com)
Comments